BUDAYA MENULIS DI KALANGAN MAHASISWA
Menulis merupakan suatu hal yang
kelihatannya sepele, namun dalam kenyataannya sulit dilakukan. Itulah ungkapan
yang sering kali terdengar oleh telinga kita, bukan hanya itu, bahkan virus
enggan menulis telah tertanam di dalam jiwa seorang mahasiswa kebanyakan. Hal
ini sangat eronis sekali. Bagaimana bangsa kita akan maju, akan di segani lagi
kalau jiwa muda yang kategorinya adalah mahasiswa saja bermalas-malasan?
Banyak kendala yang di hadapi
oleh mahasiswa, padahal image meereka
di mata masyarakat adalah kaum intelektual yang kritis dengan hal-hal
disekitar. Bahkan yang lebih parah lagi adalah budaya “copasus” yang kian merajalela, adanya teknologi yang semakin
berkembang pesat (internet) bukan di jadikan sebagai referensi untuk meresum
ataupun menjadi pertimbangan dalam ajang menulis, akan tetapi malah menjadi
ajang besar-besaran untuk plagiat.
Suatu hal yang harus segera
disikapi oleh setiap Universitas dalam memberdayakan mahasiswanya dalam
mencurahkan pemikirannya yang kritis dalam suatu bentuk tulisan. Perbanyak
pelatihan menulis adalah suatu upaya yang
wajib dilaksanakan. Hal ini sekiranya dapat mengurangi berbagai jenis plagiatisme di kalangan mahasiswa.
Dalam hal ini peran keikut
sertaan seorang dosen sangatlah diperlukan, tidak hanya memberikan tugas
(makalah) saja, akan tetapi ada tanggung jawab akan apa yang telah dibuatnya,
seperti halnya menyantumkan referensi dari manakah tulisanya itu diambil.
Dari berbagai alasan yang sering
dilontarkan mahasiswa terhada budaya menulis adalah mereka bingung terhadap apa
yang akan di tulisnya nanti dalam tulisannya. Ini sebenarya hal yang sepele,
seseorang yang sering membaca suatu karya tulisan dari orang lain pasti faham
dengan sendirinya seperti apakah menulis yang berkarakter itu. Sebenarnya
menulis itu hanya masalah pembiasaan saja, kalau sudah terbiasa menulis maka
mutu tulisan itu akan semakin bagus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar